cover
Contact Name
Novita Kamaruddin
Contact Email
novita.trivita@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jkp.fkep@unpad.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Keperawatan Padjadjaran
ISSN : 23385324     EISSN : 24427276     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Jurnal Keperawatan Padjadjaran (JKP) or The Padjadjaran Nursing Journal is a peer review journal providing an open access facility for scientific articles published by the principles of allowing free research available for public to support global scientific exchange. Padjadjaran Nursing Journal (JKP) is published three times a year, specifically in April, August, and December.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol. 3 No. 3 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran" : 8 Documents clear
Analisis Dukungan Psikososial yang dibutuhkan Keluarga dengan Anak yang mengalami Kekerasan Seksual Lia Novianty; Suryani Suryani; Aat Sriati
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 3 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (798.003 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i3.115

Abstract

Angka kekerasan seksual pada anak saat ini cukup tinggi baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang dihadapi oleh anak yang mengalami kekerasan seksual bukan hanya masalah fisik, tetapi juga masalah psikologis dan sosial yang akan ditanggungnya seumur hidup. Masalah psikososial yang dialami oleh anak korban kekerasan seksual juga ikut dirasakan oleh keluarga. Masalah psikososial yang muncul pada keluarga dapat berupa stres pasca trauma, disfungsi keluarga, kecemasan dan depresi, oleh karena itu keluarga sangat memerlukan dukungan psikososial. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis berbagai dukungan psikososial yang dibutuhkan keluarga meliputi dukungan emosional, penghargaan, instrumental dan informasi. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksploratif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki anak korban kekerasan seksual di Kota Sukabumi sebanyak 35 responden dengan pengambilan sampel menggunakan total sampel. Alat pengumpul data menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti serta sudah melalui content validity, uji validitas dengan rentang nilai p-value 0,00-0,17, dan uji reliabilitas dengan nilai r 0.75. Analisa data menggunakan metode RASCH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan psikosisial yang paling dibutuhkan oleh keluarga adalah dukungan penghargaan. Dukungan penghargaan memiliki nilai measure 0.72, dukungan emosional dengan nilai 0.01, dukungan instrumental -0.37 dan dukungan informasi -0.37. Simpulan penelitian adalah keluarga membutuhkan semua dukungan psikososial dan dukungan penghargaan merupakan dukungan yang paling dibutuhkan. Pihak P2TP2A mampu memberikan dukungan emosional, penghargaan, informasi maupun instrumental pada kelurga. Dan untuk pemerintah daerah diharapkan dapat melakukan kolaborasi yaitu dengan membentuk Community Mental Health Nursing, dan dapat membangun kebijakkan untuk mengatasi stigma masyarakat terkait dengan kekerasan seksual.Kata kunci: Dukungan psikososial, kekerasan seksual anak, keluarga. Psychosocial Supports for Families of Children who have been Sexually AbusedAbstractProblems encountered by children who suffered from sexual abused involve multi-dimensional issues such as physical, psychological and social. Their families may also experience problems such as post- traumatic stres, family dysfunction, anxiety and depression. Thus, psychosocial support is needed to overcome these negative consequences. This study aimed to analyze a variety of psychosocial support needed by family includes emotional support, respect, instrumental and information. A descriptive explorative study was conducted involving 35 family members from children as victims of sexual abuse recruited using total sampling technique. Data were collected using modified questionnaire (r=0.75) then analysed using RASCH. The results showed that family needs esteem support as the most required support (r = 0.72) followed by emotional support (r=0.01), instrumental support (r=0.37) and information support (r=0.37). It is concluded that psychosocial support and esteem support are needed by most families. Thus, P2TP2A is thus expected to provide emotional, esteem support, information and instrumental in the family. Finding suggests local governments need to conduct collaboration for establishing community mental health nursing services, and make such policy to overcome social stigma associated with sexual abuse.Key words: Children, family, psychosocial support, sexually abused victim.
Perbandingan Oral Care Menggunakan Povidone Iodine 1% dengan Chlorhexidine 0.2% terhadap Jumlah Bakteri di Mulut pada Pasien Penurunan Kesadaran Ni Luh Widani; Yusron Nasution
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 3 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (793.759 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i3.120

Abstract

Oral care klien penurunan tingkat kesadaran tidak boleh diabaikan dan membutuhkan antiseptik oral yang mempunyai sifat antibakteri. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen dengan kelompok kontrol, pre dan post test untuk mengidentifikasi perbandingkan povidone iodine 1% dengan chlorhexidine 0.2% terhadap jumlah koloni bakteri di mulut klien penurunan kesadaran. Hasil penelitian pada 30 responden yang diambil secara consecutive sampling dibagi tiga kelompok. Ada perbedaan yang signifikan penurunan jumlah koloni bakteri sebelum dan setelah oral care pada povidone iodine (p=0.007), chlorhexidine (p=0.001) dan air (p=0.001). Perbandingan selisih jumlah bakteri antara povidone iodine 1%, chlorhexidine 0.2% dan kontrol tidak signifikan (p=0,343). Disimpulkan chlorhexidine 0.2% , povidone iodine 1% dan air minum masing-masing mempunyai kemampuan yang signifikan menurunkan koloni bakteri dan dapat digunakan sebagai pembilas oral care. Disarankan secara ekonomis air minum digunakan dalam oral care apabila klien penurunan kesadaran tidak mengalami infeksi mulut, dan chlorhexidine 0.2% atau povidone iodine 1% digunakan bila ada infeksi mulut.Kata kunci: Chlorhexidine 0.2%, koloni bakteri mulut, oral care, penurunan kesadaran, povidone iodine 1%. The Comparison of Oral Care Using Povidone-iodine 1% and Chlorhexidine 0.2% to the Amount of Bacteria on the Patients with Altered State of ConsciousnessAbstractThe oral care of unconscious patients should not be ignored and requires oral antiseptics that have antibacterial properties. This research was a quasi-experimental design with control groups, using pre-post test design. The study was aimed to compare the amount of bacteria colonies after oral care using povidone iodine 1% and chlorhexidine 0.2% on the patients with altered state of consciousness. Using consecutive sampling technique, 30 eligible respondents were divided into three groups. The results of this study identified that there was a significant decreased of the amount of bacteria colonies after oral care using povidone iodine (p= 0.007), chlorhexidine (p=0.001) and water oral care (p=0.001). The difference of the number of colonies for oral care using povidone iodine 1%, chlorhexidine 0.2%, and the control group was not significant (p=0.343). It can be concluded that each of oral care using chlorhexidine0.2%, povidone iodine 1% and water has a significant ability to reduce colonies of bacteria and can be used as an oral care. For economic reason, it was advised to use water for oral care if clients do not experience oral infections, and to use chlorhexidine 0.2% or povidone iodine 1% when there is infection of the mouth.Key words: Chlorhexidine 0.2% , oral care, oral bacteria colonies, povidone iodine 1%, unconsciousness.
A Critical Review of Symptom Management of Auditory Hallucinations in Patient with Schizophrenia Suryani Suryani
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 3 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (788.665 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i3.116

Abstract

Auditory hallucinations are a key symptom of schizophrenia. It is estimated that the prevalence of auditory hallucinations in people with schizophrenia range from 64.3% to 83.4%. The auditory hallucinations impacted on daily lives of the sufferer. An extensive review of the literature was undertaken to find symptom management that has been developed in reducing auditory hallucinations from CINAHL, PsyInfo, Health and Medical Complete, ProQuest Psychology Journals, ProQuest Social Journals, Science Direct, Web of Science and Scopus. Based on the analysis of the 15 articles, evidence was suggested that CBT and other psychological treatments have beneficial for individuals who experience auditory hallucinations. However, individuals who experience auditory hallucinations are not just sufferers who need to be treated but people who can develop their own strategies of living with auditory hallucinations. Therefore it is important for nurses to involve them in the management of the auditory hallucinations.Key words: Auditory hallucinations, literature review, symptom management. Reviu Kritis terhadap Pengelolaan Gejala Halusinasi Pendengaran pada Pasien SkizofreniaAbstrakHalusinasi pendengaran merupakan gejala utama skizofrenia. Prevalensi halusinasi pendengaran pada penderita skizofrenia diperkirakan berkisar antara 64,3% sampai 83,4%. Halusinasi pendengaran berdampak pada kehidupan sehari-hari penderitanya. Kajian literatur ini dilakukan untuk menemukan manajemen gejala yang telah dikembangkan dalam mengurangi halusinasi pendengaran dari CINAHL, PsycINFO, Kesehatan dan Kedokteran Lengkap, Jurnal Psikologi Proquest, Jurnal Sosial Proquest, Science Direct, Web of Science dan Scopus. Berdasarkan analisis terhadap dari 15 artikel, ada bukti yang menunjukkan bahwa CBT dan perawatan psikologis lainnya bermanfaat bagi individu yang mengalami halusinasi pendengaran dalam mengatasinya. Namun, individu yang mengalami halusinasi pendengaran bukan hanya penderita yang perlu diobati tetapi individu yang dapat mengembangkan strategi mereka sendiri hidup dengan halusinasi pendengaran. Karena itu penting bagi perawat untuk melibatkan mereka dalam manajemen halusinasi tersebut.Kata kunci: Halusinasi pendengaran, kajian literature, manajemen gejala.
Pemanfaatan Terapi Tradisional dan Alternatif oleh Penderita Gangguan Jiwa Muhammad Arsyad Subu
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 3 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (781.14 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i3.121

Abstract

Sampai saat ini masih sedikit informasi dari hasil-hasil penelitian tentang pemanfaatan terapi tradisional dan alternatif oleh para penderita gangguan jiwa di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pemanfaatan terapi tradisional dan alternatif di antara penderita gangguan jiwa di Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan Charmaz Constructive Grounded Theory untuk mengeksplorasi pemanfaatan terapi tradisional dan alternatif di antara pasien yang menderita gangguan jiwa. Metode pengumpulan data termasuk interaksi langsung (wawancara semi-terstruktur), document review, catatan lapangan dan memo. Data analisis menggunakan pendekatan Paille data analisis. Penelitian menghasilkan lima kategori: 1) kerasukan oleh setan atau roh; 2) penyakit akibat berdosa; 3) Berobat ke tradisional dulu baru akhirnya ke rumah sakit jiwa; 4) kekerasan; 5) takut dengan pengobatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi tradisional dan alternatif dan orang pintar (dukun, para pemimpin agama Islam, pendeta, paranormal dan pengobatan tradisional Cina) memiliki peran sentral dalam mendukung dan menawarkan solusi ketika seseorang memiliki gangguan jiwa di Indonesia. Para terapis atau ‘orang pintar’ biasanya merupakan pilihan pertama dari keluarga dan anggota ‘masyarakat lainnya jika berhubungan dengan terapi yang orang yang menderita gangguan jiwa. Penelitian lanjut diperlukan untuk melihat efektivitas terapi tradisional dan alternatif ini yang masih kurang diteliti dan didokumentasikan di Indonesia. Penelitian lebih lanjut juga perlu dilakukan untuk memahami sikap atau perspektif keluarga, masyarakat dan staf lembaga pemerintahan sebagai partisipan terkait dengan pengobatan tradisional dan alternatif ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian kuantitatif diperlukan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaaatan terapi tradisional dan alternatif oleh penderita gangguan jiwa di Indonesia.Kata kunci: Gangguan jiwa, terapi, tradisional-alternatif. Traditional and Alternative Therapies Usage by Psychiatric Patients: A Grounded Theory.AbstractUntil recently, little information is known from studies regarding the use of traditional and alternative therapies by people with mental illness in Indonesia. This study explored the use of traditional or alternative therapies among mentally ill sufferers in Indonesia. A Charmaz’s Constructivist Grounded Theory method was used to explore the use of traditional or alternative therapies among patients as a result of suffering from mental illness. Data collection method involved direct interaction (semi-structured interviews), mute evidence (document review), field notes and memos. Paillé (1994) data analysis was employed to organize and manage data. Study has led to five categories: 1) possessed by Satan or spirit; 2) sinful illness; 3) treatment at traditional before going to the hospital; 4) violence; 5) fear of treatment. Study results indicated that complementary - alternative treatments and ‘smart people’ (shamans, Islamic leaders, chaplains, paranormal and traditional Chinese medicine) have a central role in supporting and offering solutions when someone has a mental illness in Indonesia. Visiting therapists or ‘smart people’, is usually the first choice of patients, families and other community members when dealing with the mentally ill treatments. Further research is needed to see the effectiveness of traditional or alternative therapy which is still poorly researched and documented in Indonesia. It is also needed to understand the attitude or perspective of the family, the community and government staff as participants regarding traditional or alternative therapies. This study used a qualitative approach, thus quantitative research is needed to examine the factors that affect the utilization of traditional or alternative therapies by mentally ill people in Indonesia..Key words: Alternative, mental illness, therapy, traditional.
Perbedaan Efek Kompres Selimut Basah dan Cold-pack terhadap Suhu Tubuh Pasien Cedera Kepala di Neurosurgical Critical Care Unit Sri Hartati Pratiwi; Helwiyah Ropi; Ria Sitorus
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 3 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (791.721 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i3.117

Abstract

Peningkatan suhu tubuh pada pasien cedera kepala bisa menyebabkan peningkatan metabolisme yang dapat memperburuk kondisi pasien, meningkatkan lama hari rawat dan menambah resiko kematian. Metode pendinginan yang sering digunakan adalah kompres selimut basah dan cold-pack. Namun belum ada penelitian yang membuktikan efek kedua metoda tersebut terhadap suhu tubuh pasien cedera kepala. Penelitian ini menggunakan rancangan perbandingan tidak berpasangan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling dengan jumlah 24 orang responden. Penelitian ini memberikan hasil tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penurunan suhu tubuh setelah kompres selimut basah dan setelah kompres cold-pack (p=0,371). Oleh karena itu, kompres cold-pack dapat dijadikan alternatif kompres selimut basah yang biasa digunakan.Kata kunci : Cold-pack, cedera kepala, selimut basah, suhu tubuh. Wet Blanket and Cold-pack Application to Reduce Body Temperature among Patients with Head Injury in Neurosurgical Critical Care UnitAbstractThe elevation of body temperature among patients with head injury may lead to increase total metabolism of the body. Such situation may worsen the patient condition, prolonged length of stay and increase risk of death. Cooling methods using wet blanket and cold-pack have been commonly adopted to reduce the body heat. However no empirical studies have proved these methods are effective to reduce high temperature of patients with head injury. This non-paired comparative study seeks to examine the difference of those two methods towards body temperature involving 24 patients with head injury that recruited using consecutive sampling technique. Results indicated that there is no significant difference of the temperature decrease after wet blanket and cold-pack application (p= 0,371). However, cold-pack still can be used as an alternative compress beside wet blanket application.Key words: Cold-pack, head injury, body temperature, wet blanket.
Perilaku Pencegahan Penularan dan Faktor-Faktor yang Melatarbelakanginya pada Pasien Tuberculosis Multidrugs Resistance (TB MDR) Iis Nurhayati; Titis Kurniawan; Wiwi Mardiah
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 3 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (827.151 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i3.118

Abstract

Tuberculosis Multidrugs Resistance (TB-MDR) merupakan masalah serius di Indonesia. Selain memiliki risiko penularan yang tinggi, TB-MDR mempunyai banyak hambatan dalam pengobatan, baik lama pengobatan, jumlah obat yang banyak, dan efek samping yang buruk. DHal ini menjadi penting mengidentifikasi perilaku pencegahan penularan pada pasien TB-MDR beserta faktor yang melatarbelakanginya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku penderita TB-MDR dalam mencegah penularan beserta faktor yang melatarbelakanginya. Penelitian deskriptif korelasional ini melibatkan seluruh pasien TB-MDR yang sedang menjalani pengobatan fase intensif hingga November 2014 di Rumah Sakit Hasan Sadikin sebanyak 61 orang. Data karakteristik responden, perilaku dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya dikumpulkan menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dan dihubungkan satu sama lain (independent t-test, one way annova, dan Pearson Correlational test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden berpendidikan SMA (54,1%), berjenis kelamin laki-laki (60,6%), tipe MDR gagal pengobatan kategori 1 & 2 (60,7%), berusia < 44 tahun (68,9%), sebagian besar menikah (75,4%) dan berpenghasilan di bawah UMR (81,9%), serta mengeluhkan efek samping berupa mual (90,1%). Lebih dari setengah responden (57,4%) melaporkan perilaku pencegahan penularan yang baik. Perilaku pencegahan penularan ditemukan berhubungan secara bermakna dengan jenis kelamin (p = 0,01), perceived benefit (p = 0,02), cues to action (p = 0,00), dan self efficacy (p = 0,006). Akan tetapi, tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara perilaku pencegahan dengan data demografi (usia, satatus pernikahan, tingkat pendidikan, dan penghasilan) maupun tipe MDR (p>0,05). Hal ini menjadi penting bagi tenaga kesehatan untuk memperkuat faktor tersebut sebagai upaya meningkatkan perilaku pencegahan transmisi/penularan TB.Kata kunci: Faktor, pencegahan penularan, TB-MDR. Prevention Behaviors and Its’ Contributing Factors among Patients with Multi-drugs Resistance Tuberculosis (MDR-TB)AbstractMulti-drugs Resistance Tuberculosis (MDR-TB) is a serious health problem in Indonesia. Beside the risk of transmission, the treatment of MDR-TB encounters some obstacles namely lengthy medication, multiple drugs and adverse side effects. Therefore, it is important to identify patients’ prevention behaviors and its contributing factors. This study was aimed to identify MDR-TB patients’ prevention behaviors and its’ contributing factors. This descriptive correlational study involved all (61 patients) of MDR-TB patients who received intensive medication until November 2014 in Dr. Hasan Sadikin Hospital. Demographic and health characteristics data, as well as behaviors and its related factors were collected using questionnaires. Data were analyzed using descriptive analyses and correlational test (independent t-test, one way ANOVA, and Pearson correlation test). The results showed that more than half of respondents were male (60.6%), MDR with failed medication type 1 & 2 (60.7%), age less than 44 years old (68.9%), mostly married (75.4%), had income less than minimum standard (81.9%), and experienced nausea as the medication’s side effect (90.1%). Additionally, more than half of respondents (57.4%) reported good prevention behaviors. These behaviors significantly related to female gender (p = 0.01), perceived benefit (p = 0.02), cues to action (p = 0.000), and self-efficacy (p = 0.006). However, there was not any significant relationship between the prevention behaviors and demographic data (age, educational level, marital status, and income) or between the behaviors and patients’ medication categories (p > 0.05). Generally, MDR-TB patients in this study performed good preventive behaviors and it was related to their perceived benefit, cues to action, and self-efficacy. Therefore, it is important for healthcare professional to empower these identified factors in order to minimize the MDR-TB transmission.Key words: Factors, MDR-TB, prevention behaviors.
Analisis Dampak Penggunaan Varian Tekanan Suction terhadap Pasien Cedera Kepala Berat Hendy Lesmana; Tri Wahyu Murni; Anastasia Anna
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 3 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (855.868 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i3.114

Abstract

Penurunan kesadaran pada pasien cedera kepala berat akan menimbulkan risiko gangguan jalan napas sehingga perlu dilakukan intubasi endotrakeal untuk mempertahankan perfusi otak. Suctioning diperlukan untuk mempertahankan oksigenasi tetapi dapat menimbulkan penurunan saturasi oskigen, peningkatan TIK dan trauma jalan nafas. Tekanan suction yang tepat sangat diperlukan untuk mengatasi penurunan saturasi oksigen pada klien cedera kepala berat. Penelitian Quasi experiment ini bertujuan mengetahui perbedaan saturasi oksigen pada pasien cedera kepala setelah dilakukan suctioning pada tekanan 100 mmHg, 120 mmHg dan 150 mmHg. Desain penelitian menggunakan one group pre test and post test without control, yang dilakukan pengukuran berulang. Hasil penelitian didapatkan semakin tinggi penggunaan tekanan suction maka akan semakin terjadi penurunan saturasi oksigen. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi panduan dalam melakukan suction pada pasien cedera kepala berat dengan memerhatikan saturasi oksigen.Kata kunci: Cedera kepala berat, hiperoksigenasi, suctioning, saturasi oksigen, & tekanan suction. The Use of Different Pressure of Suction and Its Impact on Oxygen Saturation among Patients with Head InjuryAbstractRather maintaining adequate airway patency, suctioning may pose risk of developing diminished oxygen saturation among patient with severe head injury. Patients may also experience intra cranial pressure (ICP) and airway trauma. Therefore, providing appropriate pressure of suction machine is needed to overcome those problems particularly to reduce risk of diminished oxygen saturation. This quasi-experimental study aimed to determine differences in oxygen saturation among patients with head injury after suctioning with three different pressures: 100 mmHg, 120 mmHg and 150 mmHg. The study design used one group pretest and post-test without control that performed with repeated measurements. Findings suggest higher pressure of suctioning tends to decrease their oxygen saturation. Results are expected to provide best practice to conduct suctioning for patients with severe head injury and maintaining oxygen saturation after hyper oxygenation action.Key words: Hyperventilation, oxygen saturation, severe head injury, suctioning, and suction pressure.
Gambaran Respon Anak Usia Prasekolah dalam Menjalani Proses Transfusi Meila Sabridatia Putri; Ai Mardhiyah; Efri Widianti
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 3 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (747.338 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v3i3.119

Abstract

Tindakan transfusi darah yang dilakukan pada anak usia prasekolah yang mengalami talasemia membuat anak merasa terancam. Hal ini ditunjukkan oleh anak dengan berbagai respon (kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial) anak prasekolah dalam menjalani proses transfusi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran respon kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial pada anak usia prasekolah dalam menjalani proses transfusi di Poli Talasemia RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan sample sebanyak 50 orang selama periode 3–13 Juni 2014 diambil dengan teknik insidental sampling. Hasil penelitianini dianalisis dengan menggunakan rumus distribusi frekuensiPenelitian yang sudah dilakukan, didapatkan hasil respon yang paling banyak ditunjukkan oleh anak prasekolah ketika proses transfusi berlangsung adalah hampir seluruhnya menunjukkan respon sosial (84%) dengan jenis respon terbanyak ialah meminta dukungan emosional pada orang yang bermakna, hampir seluruhnya menunjukkan respon afektif (74%) dengan jenis respon terbanyak adalah mengeluarkan ekspresi verbal, sebagian besar menunjukkan respon perilaku (66%) dengan jenis respon terbanyak adalah memukul-mukulkan lengan dan kaki dan juga respon kognitif (72%) dengan jenis respon terbanyak gelisah, dan hampir setengahnya dari responden menunjukkan respon fisiologis (34%) dengan jenis respon terbanyak bernapas cepat. Simpulan penelitian ini adalah bahwa presentase respon terbesar yang dikeluarkan oleh anak usia prasekolah berupa respon sosial dengan jenis meminta dukungan emosional pada orang bermakna. Saran bagi instansi pendidikan dan rumah sakit untuk bisa berkontribusi mengembangkan asuhan keperawatan pada orang yang paling dekat pada anak sebelum tindakan invasif.Kata kunci: Respon anak usia prasekolah, talasemia, tindakan invasif. Description of Responses of Pre-school Children who are Undergoing Blood TransfusionAbstractPre-school children with thalassemia who undergo the routine blood transfusion may show negative responses. The purpose of this study was to determine the description of responses of preschool-aged children who were undergoing blood transfusions in Thalassemia Clinic of RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. This study used descriptive quantitative (descriptive research) with a sample of 50 children during the period of 3rd -13th June 2014. The samples were recruited using the incidental sampling technique. The results showed that almost all respondents demonstrated social responses (84%) with the most type of this response is asking for emotional support from meaningful people, almost all respondents showed affective responses (74%) with the most type of this response is in form of verbal expression, the majority of respondents indicated behavioral responses (66%) with the most type of this response is banging their arms and legs, and also cognitive responses (72%) with most types of this response is anxiety. Nearly half of the respondents showed a physiological response (34%) with rapid breathing types as the highest response. The conclusion of this study is that the largest percentage of the response demonstrated by pre-school children is the social response, in form of asking for emotional support from meaningful people. It was recommended that educational institutions and hospitals contribute to development of the nursing care in the field of children through training, particularly on the approach to the children before invasive treatment.Key words: Invasive treatment, preschool responses, thalassemia.

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2015 2015


Filter By Issues
All Issue Vol. 11 No. 2 (2023): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 11 No. 1 (2023): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 10 No. 3 (2022): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 10 No. 2 (2022): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 10 No. 1 (2022): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 9 No. 3 (2021): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 9 No. 2 (2021): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 9 No. 1 (2021): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 8 No. 3 (2020): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 8 No. 2 (2020): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 8 No. 1 (2020): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 7 No. 3 (2019): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 7 No. 2 (2019): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 7 No. 1 (2019): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 6 No. 3 (2018): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 6 No. 2 (2018): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 6 No. 1 (2018): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 5 No. 3 (2017): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 5 No. 2 (2017): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 5 No. 1 (2017): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 3 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 2 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 1 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 3 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 2 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 1 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 3 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 2 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 3 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 2 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 1 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran More Issue